Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada Hari Sabtu (14/11/2020), saya menghadiri dua acara penting. Pertama, seminar dan Pelantikan Pengurus Dewan Da’wah Kota Tengerang Selatan. Kedua, diskusi via Zoom yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Banten. Tema diskusi: Kasus Penghinaan Nabi Muhammad saw dan Masa Depan Hubungan Islam dan Barat.
Sebagai Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (Dewan Da’wah), saya mendapatkan tugas tambahan: menghadiri pelantikan dan musyawarah wilayah atau daerah-daerah Dewan Da’wah. Meskipun berat – di tengah kepungan wabah Corona – acara-acara itu meningkatkan tali silaturraahim.
Dalam dua acara Hari Sabtu tersebut, saya mengajak jamaah Dewan Da’wah dan warga Persyarikatan Muhammadiyah untuk memahami peta peradaban; bukan hanya memahami percaturan politik global dan pergulatan politik nasional. Dengan mengembangkan cakrawala peradaban, maka kita akan mendapatkan gambaran masalah yang lebih luas dan komprehensif.
Sebagai contoh, dalam konteks percaturan peradaban saat ini, maka siapa pun presiden Indonesia, umat Islam tetap menghadapi tantangan hegemoni peradaban modern yang didominasi nilai-nilai sekuler. Peradaban mencakup berbagai aspek kehidupan: politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, dan pendidikan.
Silakan dipikirkan! Kita telah berganti-ganti Presiden dan Menteri Pendidikan. Tetapi, konsep pendidikan, ekonomi, pembangunan, dan sebagainya, masih belum berubah. Teori tentang asal-usul manusia Indonesia, tetap dikatakan, bahwa manusia Indonesia berasal dari perkembangan makhluk sejenis kera. Begitu juga ukuran kemajuan suatu bangsa, tetap ditentukan atas dasar materi, pendapatan per kapita. Tidak ada unsur iman, taqwa dan akhlak mulia, menjadi indikator keberhasilan pembangunan.
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/dakwah-di-tengah-percaturan-peradaban