INGAT KASUS REMPANG, INGAT DUNIA INI BUKAN TUJUAN, TAPI PANGGUNG SANDIWARA

INGAT KASUS REMPANG,  INGAT DUNIA INI BUKAN TUJUAN,  TAPI PANGGUNG SANDIWARA

 

 Artikel Terbaru (ke-1.658)

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Ada ratusan video tentang Kasus Rempang yang beredar luas di media sosial. Beberapa video memperlihatkan dialog warga Rempang dengan beberapa aparatur pemerintah, berseragam dinas. Kebanyakan warga itu ibu-ibu. Mereka ini tak segan-segan menyampaikan aspirasi dengan suara memelas.

Terkadang ada yang berteriak dengan suara tinggi. Mereka memohon dengan sangat memelas, agar tidak digusur dari kampung yang sudah dihuni selama ratusan tahun oleh nenek moyangnya. “Bapak enak pakai seragam, dapat gaji bulanan, ….” Pekik ibu-ibu kepada petugas.

            Tampak kemudian aparat mengalah, meninggalkan ibu-ibu yang terus berkata lantang sambil menangis. Ada satu video memperlihatkan seorang petinggi Batam yang menyatakan, bahwa ia memiliki wewenang terbatas. Pemerintah pusat-lah yang mengambil kebijakan pembangunan proyek investasi dengan keharusan merelokasi penduduk setempat.

            Sudah banyak sekali tokoh dan pakar hukum yang menyuarakan pendapat mereka, bahwa sebaiknya penduduk Kampung Melalyu Tua itu tidak digusur. Merekalah yang lebih berhak atas tanah itu ketimbang investor asing. Tugas pemerintah adalah melindungi segenap rakyat dan tanah air Indonesia.

            Dalam beberapa video itu tampak aparat yang mendatangi rumah penduduk seperti tidak terlalu bersemangat menjalankan tugasnya. Ada yang hanya duduk-duduk saja mendengarkan keluhan masyarakat. Setelah misinya ditolak, mereka pun lalu pergi. Seolah-olah, mereka hanya menjalankan tugas begitu saja. Tanpa semangat.

            Ada baiknya, pejabat dan penduduk Rempang mengingat kata-kata mutiara Raja Ali Haji, pujangga besar dan ulama Melayu-Rau: “Barangsiapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terperdaya. Barangsiapa mengingat akhirat, tahulah ia dunia itu mudharat.”   (Pasal 1, Gurindam 12). Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta.” (Pasal 12, Gurindam 12).

            Penyair Taufik Ismail menggubah lagu “Panggung Sandiwara” yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi Ahmad Albar. Liriknya mengandung makna kehidupan yang mendalam: “Dunia ini panggung sandiwara. Ceritanya mudah berubah. Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan,  yang harus kita mainkan. Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura. Mengapa kita bersandiwara.”

            Para pejabat dan rakyat Rempang, ingatlah bahwa dunia ini bukan tujuan akhir kehidupan kita. Dunia ini panggung sandiwara. Kita harus memainkan peran sebaik-baiknya, sesuai dengan amanah yang kita emban. Pejabat wajib melindungi dan menyayangi rakyatnya.

Jangan sampai mengambil hak-hak rakyat. Jangan menyakiti rakyat. Jangan sampai menzalimi mereka. Berat tanggung jawabnya di dunia dan akhirat. Jadi pejabat tak lama masanya. Pak Harto berkuasa 32 tahun lamanya. Tapi, seperti dua bulan saja rasanya. Pak Jokowi sudah berkuasa 9 tahun, tetapi seperti baru kemarin sore dilantik jadi Presiden Indonesia.

Lanjut baca,

INGAT KASUS REMPANG, INGAT DUNIA INI BUKAN TUJUAN, TAPI PANGGUNG SANDIWARA (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait