INILAH PENGAKUAN SARJANA BARAT TENTANG KEUNIKAN PERADABAN ISLAM

INILAH PENGAKUAN SARJANA BARAT  TENTANG KEUNIKAN PERADABAN ISLAM

 

Artikel Terbaru ke-1.931

Oleh: Adian Husaini dan Fatih Madini

 

Banyak sarjana Barat mengakui bahwa peradaban Islam adalah peradaban ilmu. Islam begitu erat hubungannya dengan ilmu. Robert Briffault, seorang ahli bedah berkebangsaan Perancis, mengungkapkan, “Sungguh ilmu merupakan suatu karunia besar yang diberikan peradaban Arab (baca: Islam) kepada dunia dewasa ini.”

Timothy C. Batten Sr, seorang Hakim dari Mahkamah Daerah Amerika Serikat untuk Daerah Utara Georgia menegaskan kalau “Kecenderungan itu (Muslimin Arab yang senang berpindah-pindah dan mengembara) didukung oleh naluriah senang memetik ilmu dari bangsa Yunani dan bangsa-bangsa kuno lainnya dalam bidang ilmu bumi dan ilmu falak. Di samping itu kesenangan melakukan penelitian dan penyelidikan yang menjalar ke seluruh umat Islam lainnya, bersama mengalirkan sifat rindu ingin ziarah ke Mekah dan ke lembaga-lembaga pendidikan Islam yang utama. Ketika bangsa Eropa masih asyik dengan soal sihir, para dokter Arab Muslim sudah melakukan operasi tubuh, dan pandai menggunakan berbagai ramuan untuk obat.”

Seorang orientalis sekaligus arkeolog asal Inggris, Stanley Edwart Lane-poole pun sampai berkesimpulan: “Bagi orang yang mempelajari sejarah Perang Salib, tidak perlu lagi belajar tentang keutamaan peradaban. Kiranya keberanian, kebesaran jiwa, kemuliaan akhlak, toleransi, kemurahan hati yang hakiki dan pendidikan yang sehat, semuanya itu pada waktu berkecamukannya perang, ada dipihak kaum Muslimin.” (Dikutip dari Zakaria Hasyim Zakaria, Pendapat Cendekiawan Dan Filosof Barat Tentang Islam, 1990, hal. 13-31).

 Franz Rosenthal, dalam bukunya, Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medieval Islam, mengakui bahwa ilmu dan Islam adalah satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan. Konsep ilmu, sebagai konsep terpenting, telah menjelmakan Islam sebagai peradaban yang berbeda dan kompleks. Tidak ada cabang kehidupan intelektual Muslim, dalam kehidupan beragama dan politiknya, dan kehidupan masyarakat Muslim awam yang tidak tersentuh dari meluasnya ilmu sebagai nilai yang agung dalam diri seorang Muslim. Dan secara tegas ia nyatakan, “’Ilm is Islam”.

Lebih jauh ia jelaskan: “For ‘ilm is one of those concepts that have dominated Islam and given Muslim civilization its distinctive shape and complexion. In fact, there is no other concept that has been operative as a determinant of Muslim civilization in all its aspects to the same extent as ‘ilm. This holds good even for the most powerful among the terms of Muslim religious life such as, for instance, tawhîd “recognition of the oneness of God,” ad-dîn “the true religion”, and many others that are used constantly and emphatically. None of them equals ‘ilm in depth of meaning and wide incidence of use. There is no branch of Muslim intellectual life, of Muslim religious and political life, and of the daily life of the average Muslim that remained untouched by the all-pervasive attitude toward “knowledge” as something of supreme value for Muslim being. ‘Ilm is Islam, even if the theologians have been hesitant to accept the technical correctness of this equation. The very fact of their passionate discussion of the concept attests to its fundamental importance for Islam.” (Franz Rosenthal, Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medieval Islam, (Leiden: Brill, 2007), hal. 2)

Lanjut baca,

INILAH PENGAKUAN SARJANA BARAT TENTANG KEUNIKAN PERADABAN ISLAM (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait