Artikel Terbaru ke-2.034
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk Dr. Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan Kabinet Merah Putih (2024-2029). Penunjukan ini sangat tepat. Sosok Fadli Zon memang dikenal sebagai cendekiawan, budayawan, sejarawan, dan seorang pegiat literasi yang tinggi. Keistimewaan lain, Fadli Zon adalah seorang kolektor ulung aneka rupa warisan budaya Nusantara.
Saya bertemu Fadli Zon pertama kali ketika ia masih duduk di bangku SMA. Ketika itu saya sudah menjadi wartawan Harian Berita Buana. Fadli dan beberapa temannya berkumpul merencanakan aksi demo menentang pelarangan jilbab di sekolah. Beberapa tahun kemudian, ketika aktif menjadi wartawan Harian Republika, saya mengenalnya sebagai mahasiswa Universitas Indonesia, yang juga aktif dalam berbagai kegiatan aksi.
Fadli Zon adalah orang Minang yang memiliki budaya literasi tinggi. Ia seorang pejuang dan pembelajar sejati. Fadli aktif dalam dunia penulisan sejak duduk di bangku SMA. Ia sudah hidup mandiri dengan honor menulis di beberapa media massa. Ia pun aktif sebagai wartawan.
Fadli Zon seperti melanjutkan tradisi literasi tokoh-tokoh Minang yang hebat dalam budaya literasinya, seperti Haji Agus Salim, Bung Hatta, Mohammad Yamin, Mohammad Natsir, Buya Hamka, Rahmah el-Yunusiyyah, dan sebagainya.
Presiden Prabowo tentu saja mengenal dengan baik potensi yang dimiliki Fadli Zon. Mereka sudah saling mengenal dan bersahabat selama lebih dari 30 tahun, meskipun memiliki perbedaan umur sekitar 20 tahun. Ini mirip dengan perbedaan umur antara Haji Agus Salim dengan Hamka dan Mohammad Natsir. Haji Agus Salim adalah mentor kedua tokoh bangsa itu.
Dengan seabrek potensi, pengalaman, dan keilmuannya, tidaklah sulit bagi Fadli Zon untuk menjalankan tugasnya sebagai Menteri Kebudayaan. Seperti diakuinya, kebudayaan memang passion-nya. Dan itu yang diinginkan Presiden Prabowo agar para Menteri Kabinet Merah Putih langsung berlari. Bukan belajar jalan dulu!
Meskipun begitu luas bidang garapan Menteri Kebudayaan, kita berharap, Menteri Fadli Zon memprioritaskan aspek budaya yang menjadi landasan kemajuan bangsa Indonesia. Yakni, peningkatan budaya literasi atau ”budaya ilmu” di tengah masyarakat. Budaya baca, budaya riset, dan budaya menulis harus benar-benar tertanam pada generasi muda.
Bukan hanya itu, budaya ilmu itu pun harus dibimbing oleh hikmah, sehingga membentuk manusia-manusia yang adil dan beradab. Manusia yang adil dan beradab adalah manusia-manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bersedia diatur oleh-Nya. Jangan sampai budaya literasi diarahkan kepada sikap pembangkangan kepada Tuhan.
Sebagai orang Minang tentu Menteri Fadli sangat akrab dengan falsafah “Adaik Basandi syarak; Syarak basandi Kitabullah” (Adat bersendikan syariat agama; syariat agama bersendikan Kitab Allah). Tahun 1937, Mohammad Natsir menulis artikel berjudul ”Jejak Islam dalam Kebudayaan” di Majalah Pandji Islam.
Melalui tulisannya itu, Natsir menjelaskan bagaimana pengaruh Ibn Haitham pada abad ke-11 terhadap tulisan Leonardo da Vinci, Johan Kepler, Roger Bacon, dan lain-lain. Karena itu, Natsir mengajak umat Islam agar memahami warisan sejarah budayanya dengan benar.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/inilah-tugas-terpenting-menteri-kebudayaan