MAKIN CANGGIH TEKNOLOGI, KELUARGA DITUNTUT JADI  UNIVERSITAS SEBENARNYA

MAKIN CANGGIH TEKNOLOGI,  KELUARGA DITUNTUT JADI  UNIVERSITAS SEBENARNYA

 

 Artikel Terbaru ke-2.005

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

Perkembangan teknologi informasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) makin menuntut keluarga untuk menjadi universitas sebenarnya! Betapa tidak! Universitas-universitas ternama kini tak mampu lagi menjalankan fungsi pendidikan yang sebenarnya. Mereka hanya mampu memberikan wawasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan profesional, sesuai program studi yang ditekuni mahasiswa.

Pendidikan Tinggi seharusnya tetap dipertahankan menjadi lembaga pendidikan terpenting untuk membangun kepribadian mahasiswa yang unggul. Sesuai amanah konstitusi dan UU Pendidikan Tinggi (UU No 12/2012), para mahasiswa itu seharusnya dididik oleh universitasnya, agar menjadi manusia Indonesia yang unggul. Yakni, manusia seutuhnya (a universal man), sesuai dengan asal nama “university”.

Karena jumlah mahasiswa yang sangat besar, dan mungkin saja kurang siapnya pimpinan kampus dan dosen untuk menjadi teladan dalam penanaman iman dan akhlak mulia, maka suatu universitas terpaksa hanya memberikan bimbingan profesional, agar lulusannya mendapat pekerjaan yang layak. Ini bukan salah universitas. Tapi, karena kebijakan pendidikan tinggi nasional memang masih seperti itu.

Dalam kondisi seperti ini, maka keluarga dituntut untuk memainkan peran sebagai universitas yang sebenarnya – sebagai “the real university”. Yakni, keluarga menjadi tempat pendidikan utama untuk membentuk manusia yang baik (good man).

Tahun 2045, kita akan memasuki usia 100 tahun Kemerdekaan Indonesia.  Ada waktu sekitar 20 tahun untuk menyiapkan lahirnya satu generasi yang unggul.  Karena itulah, mulai saat ini, umat Islam perlu menyusun peta jalan pendidikan yang mengarahkan terbentuknya generasi unggul tersebut. Dan yang terbaik, program itu dirancang dari keluarga, dengan menjadikan universitas keluarga yang sebenarnya.

Saat ini, suka tidak suka, model pendidikan online sudah semakin membudaya. Sebab, di era disrupsi, hal-hal yang tidak efisien, akan semakin ditinggalkan. Dengan semakin meluasnya model pembelajaran online, maka peran universitas untuk membentuk pribadi-pribadi unggul, akan semakin berkurang.

Pribadi unggul hanya bisa dibentuk dengan penanaman nilai-nilai yang baik. Dan itu memerlukan guru yang bisa menjadi teladan, motivator, dan inspirator bagi para murid-muridnya. Peran itulah yang bisa dan harus dimainkan dengan baik oleh para orang tua.

Itu bukan berarti meninggalkan pembelajaran di sekolah, pesantren, atau Perguruan Tinggi formal. Tetapi, dengan semakin menguatnya dominasi pembelajaran online, maka peran pendidikan yang utama sudah sangat sulit dilakukan oleh pihak sekolah atau universitas formal. Dalam kondisi seperti ini, maka peran orang tua, kyai, dan guru-guru adab atau akhlak mulia, justru semakin diharapkan.

Rumus dasarnya sederhana: jika orang tua mampu menjadi guru sejati bagi anak-anaknya, maka insyaAllah, akan baiklah anak-anaknya. Jika tidak mampu, maka akan terjadi sebaliknya. Itulah yang sudah diperingatkan oleh Rasulullah saw: “Setiap anak dilahirkan dalam fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari).

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/makin-canggih-teknologi,--keluarga-dituntut-jadi-universitas-sebenarnya

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait