Artikel Terbaru ke-1.976
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Namanya Najda Khadijah Fadilla (19 tahun). Asal daerah Payakumbuh Sumatera Barat. Aktivitas saat ini sebagai guru dan mahasiswi sebuah Perguruan Tinggi Islam. Ia mengajar siswa SMP dan SMA di sebuah perguruan Islam. Najda mengajar beberapa mata pelajaran.
Najda adalah alumnus Pesantren At-Taqwa Depok tahun 2024. Orang tuanya memang mengelola perguruan Islam dengan murid berjumlah ribuan. Mereka senang anaknya bersedia terjun langsung menjadi guru di sekolah dan pesantrennya.
Najda termasuk santri yang menonjol kemampuan menulisnya. Sebagai syarat kelulusan Pesantren At-Taqwa tingkat SMA, Najda lulus ujian skripsi dengan tema yang cukup berat. Pada Hari Kamis (13/6/2024) ia berhasil mempresentasikan skripsinya berjudul “Penelusuran Sekularisasi Istilah Ilmu dalam Bahasa Indonesia”. Skripsinya diuji langsung oleh pakar Filsafat Islam, Dr. Syamsuddin Arif.
Dalam skripsi tersebut, Najda menunjukkan bahwa istilah ilmu dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna. Pada awalnya istilah ilmu dimaknai secara luas dengan mengakui keempat sumber ilmu.
Dengan pengaruh peradaban Barat, istilah itu mengalami penyempitan makna hingga terbatas pada sains sebagai terjemahan dari kata “science” dalam bahasa Inggris yang juga dimasuki oleh nilai-nilai Barat seperti Sekularisme.
Istilah ilmu yang tersekularisasi tersebut telah tersebar di kamus-kamus dan di modul-modul perguruan tinggi. Padahal, ilmu memiliki posisi yang penting dalam Islam. Jika secara makna saja istilah ilmu sudah dirusak, ia akan berdampak pada kerusakan konsep-konsep penting yang lain dalam Islam.
Usai memberikan beberapa pertanyaan untuk memastikan pemahaman penulis atas tulisannya, Dr. Syamsuddin Arif mengaku puas dengan hasil penelitian Najda. Menurutnya, santri umur 19 tahun itu telah menulis topik yang cukup berat dengan kerangka berpikir yang baik.
Tahun 2023, Najda mempresentasikan makalahnya berjudul “Isnad dalam Tradisi Keilmuan Islam: Urgensi dan Relevansinya di Era Kontemporer” di Universiti Kebangsaan Malaysia. Makalah ini juga sempat disimal langsung oleh Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud.
Najda Khadijah Fadilla adalah salah satu santri lulusan Pesantren At-Taqwa Depok yang terjun langsung menjadi guru pejuang setelah lulus pendidikan tingkat SMA. Sebab, saya senantiasa menekankan kepada para santri dan orang tua mereka akan pentingnya mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang sudah didapat di pesantren. Itulah tanda ilmu yang bermanfaat.
Menjadi “guru pejuang” adalah aktivitas yang paling mulia karena melanjutkan perjuangan Rasulullah saw dalam mengajak manusia ke jalan Allah (QS 41:3). Ilmu yang diajarkan dengan ikhlas insyaAllah akan semakin menguatkan pemahaman dan mendapatkan keberkahan. Ilmu yang tidak diajarkan dan tidak diamalkan merupakan hal yang sia-sia.
Lanjut baca,