Artikel ke-1.679
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari selasa (10/10/2023) saya hadir di Kota Kinabalu Sabah Malaysia untuk sebuah acara bernama Seminar Keharmonian Serantau. Temanya: ”Memperkukuh Ketamadunan Ummah dalam Menghadapi Cabaran Global”. Saya diminta memberikan presentasi dengan tajuk: “Keharmonian Masyarakat Berbilang Agama: Perspektif Indonesia.”
Penyelenggaranya adalah Institut Kefahaman Malaysia (IKIM) – satu lembaga kajian resmi dari Kerajaan Malaysia. Ada juga pembicara dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Kambodia yang menyampaikan presentasi mereka.
Dalam presentasi sekitar 30 menit, saya menekankan pentingnya umat Islam menjadi teladan dalam mewujudkan kehidupan yang rukun, damai, dan penuh rahmat Allah. Sebab, secara umum, umat Islam di kawasan Asia Tenggara – yang dikenal juga sebagai masyarakat Muslim Melayu – telah berhasil mewujudkan tatanan kehidupan yang baik.
Para pembicara dari Thailand, Singapura, dan Kamboja menunjukkan contoh-contoh peran umat Islam di negeri masing-masing dalam membangun kehidupan yang damai dan harmonis. Dalam kondisi minoritas, mereka dapat menjalani kehidupan keagamaan yang cukup baik. Begitu juga di Malaysia dan Indonesia. Secara umum, hubungan antar-pemeluk agama telah berjalan dengan baik.
Bagi umat Islam, membangun kerukunan hidup antar warga masyarakat adalah satu kewajiban agama, dan bukan hanya basa-basi politik. Al-Quran dan keteladanan Nabi Muhammad saw menjadi panduan utama bagi umat Islam dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis.
Umat Islam disadarkan untuk menerima kenyataan bahwa ada banyak keragaman di antara masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Maknanya, umat Islam diwajibkan menerima keragaman seperti itu dan umat Islam diwajbkan menjadi yang terbaik, khususnya dalam akhlak mulia, sebagaimana tujuan diutusnya Nabi Muhammad saw.
QS Luqman ayat 15 memberikan panduan kepada anak yang diperintahkan orang tuanya untuk melakukan kemusyrikan: “Janganlah ikuti perintah mereka dan tetaplah berbuat baik kepada orangny!” Prinsip seperti ini merupakan panduan yang jelas, bagaimana umat Islam berkewajiban menjalani kehidupan yang rukun, damai, adil dan makmur.
Jadi, secara umum, hubungan antar-agama di Indonesia selama ini telah berjalan dengan baik. Tidak dinafikan, ada sejumlah kasus hubungan antar-agama yang sudah dan sedang terjadi. Kasus-kasus itu harus dilihat sebagai kasus dan jangan dilakukan generalisasi, seolah-olah di Indonesia kerukunan beragama itu sudah hancur.
Ibarat melihat wajah cantik, maka lihatlah secara keseluruhan. Jangan dilihat satu atau dua jerawat saja, lalu dibesar-besarkan melebihi porsinya, sehingga wajah cantik itu tak tampak lagi. Ada beberapa contoh kasus konflik umat beragama yang terjadi di Indonesia. Yang terdahsyat adalah kasus di Maluku dan Poso beberapa tahun lalu. Namun, semua itu akhirnya bisa diselesaikan dengan damai.
Ada yang bertanya dalam forum seminar, bagaimana dengan kasus Ahok. Apakah betul itu merupakan kasus konflik agama? Saya menjawab, masalah Ahok itu cukup kompleks, melibatkan unsur agama, politik, etinis, dan juga karakter personal.
Lanjut baca,
MEWUJUDKAN MODEL MASYARAKAT IDEAL DI ASIA TENGGARA (adianhusaini.id)