Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dini hari ini, Sabtu (12 September 2020), saya masih bisa menikmati sebuah wawancara menarik di Youtube, antara Hamza Yusuf, direktur Zaytuna Institute Amerika Serikat, dengan Prof Syed Muhammad Naquib al- Attas. Wawancara itu penting kita simak kembali. (https://www.youtube.com/watch?v=L5pyXqZq4E0)
Tahun 2009, Hamza Yusuf dinobatkan sebagai "the Western world’s most influential Islamic scholar" dalam "The 500 Most Influential Muslims", suntingan John Esposito dan Ibrahim Kalin, (2009). Hamza Yusuf, mengakui bahwa ia sangat dipengaruhi oleh pemikiran Prof. Naquib al-Attas khususnya dalam memahami krisis yang melanda umat Islam dan cara mengatasinya. Kata Hamza Yusuf: “I have been Muslim now for 42 years, I can say with a great deal of conviction that Syed Naquib al-Attas is probably the greatest influence on my understanding on the crisis in the Muslim world and also, of what needs to be done in order to heal that crisis.”
Dalam video wawancara di youtube itu, Hamza Yusuf menyebut Prof al-Attas sebagai ulama dan filosof besar di zaman ini yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam. Ia mengakui banyak mendapat manfaat dari karya-karya Prof al-Attas yang dibacanya. Hamza Yusuf bertanya, "What you think is the central crisis, taking place right now in the muslim world?"
Dijawab oleh Prof al-Attas, "I said it is loss of adab." Sedangkan makna adab, dijelaskan Prof. Naquib al-Attas sebagai berikut: “adab is a reflection of wisdom because this comes from the knowledge of the prophet.” Adab adalah refleksi dari hikmah (wisdom). Sedangkan “Wisdom” diartikan oleh Prof. al-Attas sebagai “the knowledge that tells you about the proper places of everything.”
Karena itu, menurut Prof. al-Attas, adab tidak datang dari universitas atau dari ilmu. Sebab, ada orang yang lulus universitas atau memiliki ilmu, tetapi tidak beradab. Karena itu, adab bersumber dari hikmah.
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/sekali-lagi,-semoga-kita-diberi-hikmah