Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada tanggal 11 Februari /2010, Jurnal Islamia Republika, menurunkan artikel Ahmad Rofiqi berjudul "Rasulullah saw dan Nabi Palsu". Artikel Rofiqi itu membuktikan, bahwa persoalan Nabi palsu adalah urusan yang dipandang sangat serius oleh Rasulullah saw dan para Khulafaur Rasyidun. Berikut ini kutipan artikelnya.
Dalam kitabnya Al Sunan (Kitab Al Jihad, Bab Ar-Rusul hadits no, 2380) Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Mas'ud. Ketika menerima dua utusan Musailamah al-Kazzab (Nabi palsu), Rasulullah Saw bertanya kepada mereka: "Apa yang kalian katakan (tentang Musailamah)? Mereka menjawab, "Kami menerima pengakuannya (sebagai nabi)". Rasulullah SAW berkata: "Kalau bukan karena utusan tidak boleh dibunuh, sungguh aku akan menghukum mati kalian berdua".
Lafadz ini diceritakan juga oleh Ahmad (hadits no. 15420), Al Hakim (2: 155 no. 2632). Ahmad (hadits no. 15420) melaporkan melalui Abdullah bin Mas'ud dengan lafadz "la-qataltu-kumaa", (aku pasti akan menghukum mati kalian berdua). Versi hadits ini diceritakan kembali oleh kitab-kitab sejarah seperti Al Thabari (Tarikh Al Thabari, Juz 3 Bab Masir Khalid bin Walid) dan Ibnu Katsir (Al Bidayah wa Al Nihayah, Dar Ihya' Al Turats Al Arabi , tt, Juz 6, hal: 5).
Riwayat-riwayat ini menampilkan ketegasan Rasulullah saw terhadap orang yang mengakui kenabian Musailamah. Tetapi, karena Rasulullah saw memegang etika diplomatik yang tinggi, maka beliau membiarkan begitu saja kedua utusan Nabi palsu itu.
Mengapa Rasulullah saw tidak memerangi Musailamah? Ibn Khaldun menjelaskan masalah ini, bahwa "Sepulangnya Nabi saw dari Haji Wada', beliau kemudian jatuh sakit. Tersebarlah berita sakit tersebut, sehingga muncullah Al Aswad Al Anasi di Yaman, Musailamah di Yamamah dan Thulaihah bin Khuwailid dari Bani Asad; mereka semua mengaku nabi. Rasulullah SAW segera memerintahkan untuk memerangi mereka melalui edaran surat dan utusan-utusan kepada para gubernurnya di daerah-daerah dengan bantuan orang-orang yang masih setia dalam keislamannya. Rasulullah SAW menyuruh mereka semua https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/soal-nabi-palsu,-itu-urusan-serius-dalam-islambersungguh-sungguh dalam jihad memerangi para nabi palsu itu sehingga Al Aswad dapat ditangkap sebelum beliau wafat. Adapun sakit keras yang dialami tidak menyurutkan Rasulullah SAW untuk menyampaikan perintah Allah dalam menjaga agama-Nya. Beliau lalu menyerukan orang-orang Islam di penjuru Arab yang dekat dengan wilayah para pendusta itu, menyuruh mereka untuk melakukan jihad (melawan kelompok murtad—pen)". (Abdurrahman Ibnu Khaldun, Tarikh Ibn Khaldun, Dar Al Kutub Al Ilmiyah: Beirut, Libanon, cet. 1, th. 1992, hal 474-475).
Terkait dengan perang melawan kelompok murtad itu, Ibnu Mas'ud berkata, "Setelah Rasulullah SAW wafat, kami hampir saja binasa kalau saja Allah tidak menganugerahi kami kepemimpinan Abu Bakar" (Tarikh Al Dzahabi, Juz 2, Kitab Sanah Ihda 'Asyr, bab Akhbar al Riddah). Juga dikatakan: "Demi Allah, aku melihat Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk melakukan perang dan baru aku tahu, inilah keputusan yang benar". (Al Bukhari hadits no 1561).
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/soal-nabi-palsu,-itu-urusan-serius-dalam-islam