TEROBOSAN BARU KAMPUS DAKWAH: PEMBUKAAN KELAS JURNALISTIK DAN PEMIKIRAN ISLAM

TEROBOSAN BARU KAMPUS DAKWAH: PEMBUKAAN KELAS JURNALISTIK DAN PEMIKIRAN ISLAM

 (Artikel ke-1.273)

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Selasa (23/8/2022) malam ini, diselenggarakan acara peluncuran program baru dari Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, yaitu kelas “Jurnalistik dan Pemikiran Islam”. Alhamdulillah, melalui media zoom dan telepon, banyak yang memberikan respon positif terhadap program tersebut.

            Sebenarnya, kelas baru ini merupakan kelanjutan dari Kelas Wartawan Profesional Pejuang STID Mohammad Natsir yang sudah berjalan selama 3 semester. Ada tambahan pada penekanan kompetensi “pemikiran Islam”. Juga, program ini merupakan hasil kerjasama antara STID Mohammad Natsir dan At-Taqwa College Depok.

            Menyatukan kompetensi jurnalistik dan pemikiran Islam di bawah naungan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), adalah hal baru di dunia perguruan tinggi formal. Selama ini, dua kompetensi itu sudah dipadukan di program pendidikan At-Taqwa College. Maka, sangatlah tepat jika STID Mohammad Natsir dan At-Taqwa College berkolaborasi dalam memadukan dua kompetensi penting dalam aktivitas dakwah di era digital ini.

Dengan memiliki kompetensi jurnalistik dan pemikiran Islam yang memadai, alhamdulillah, sudah terbukti ada sejumlah mahasiswa Kelas Jurnalistik STID Mohammad Natsir yang menulis buku-buku yang bermutu seputar pemikiran Islam. Sebut saja, Azzam Habibullah dan Fatih Madini yang telah menulis dan meluncurkan beberapa bukunya. (https://jernih.co/potpourri/beradab-dan-berkarya-di-usia-belia/).

Kelas Jurnalistik dan Pemikiran Islam ini akan dibimbing oleh Dr. Nirwan Syafrin, seorang pakar pemikiran Islam bertaraf internasional. Tentu saja kuliah tingkat S1 ini harus ditempuh selama 8 semester. STID Mohammad Natsir sudah menyelenggarakan pendidikan tingkat S1 selama lebih dari 20 tahun. Jumlah alumninya lebih dari 700 orang.

Pada kesempatan itu, saya menjelaskan kembali makna “universitas yang sebenarnya” (the real university). Belum tentu yang bernama “universitas” merupakan “universitas yang sebenarnya”. Sebab, hakikat universitas adalah tempat untuk mendidik dan melahirkan manusia yang paripurna atau manusia seutuhnya. Inilah konsep pendidikan Mohammad Natsir yang bertujuan melahirkan manusia integral.

Perjuangan mewujudkan universitas Islam sudah dilakukan oleh Mohammad Natsir jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Tujuan universitas Islam berbeda dengan universitas konvensional yang dibentuk sekedar untuk melahirkan para pekerja. Universitas Islam memiliki tujuan untuk membentuk manusia yang baik, manusia yang bermanfaat, dan sekaligus memiliki profesionalitas tertentu agar ia bisa mendiri.

Universitas Islam yang pertama berdiri pada 8 Juli 1945. Namanya Sekolah Tinggi Islam (STI).  Sekarang, STI telah menjelma menjadi Universitas Islam Indonesia (UII), salah satu universitas besar di Indonesia.  Pak Natsir dan sejumlah tokoh Islam lainnya kemudian berjuang mewujudkan berdirinya sejumlah universitas Islam di Indonesia. Lahirlah kemudian beberapa universitas, seperti Universitas Ibn Khaldun Bogor, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam Riau, Universitas Islam Sumatera Utara, dan sebagainya.

Ketika jalur politik kepartaian tertutup, Pak Natsir melakukan dakwah melalui bidang pendidikan. Begitu juga yang dilakukan Muhammadiyah, Persis, dan banyak organisasi yang sebelumnya bergabung dengan Partai Islam Masyumi. Dakwah tidak pernah berhenti. Seperti air yang mengalir dan terus berusaha mengalir, meskipun dibendung di sana-sini.

lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/terobosan-baru-kampus-dakwah:-pembukaan-kelas-jurnalistik-dan-pemikiran-islam

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait