Artikel ke-1.770
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Sejak 20 tahun lalu, pakar pemikiran Islam Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, sudah menawarkan konsep Budaya Ilmu untuk mewujudkan masyarakat dan negara sejahtera- bahagia. Negara sejahtera-bahagia itu harus berasas Tauhid dan dibangun dengan budaya ilmu yang benar.
Prof. Wan Mohd Nor menegaskan, bahwa “Budaya Ilmu” yang dianjurkan oleh Islam adalah meletakkan ilmu fardhu ‘ain dalam makna yang komprehensif-dinamik, sebagai kewajiban bagi setiap muslim dan ilmu fardhu kifayah bagi sebagian kaum Muslim. Juga, Budaya Ilmu bermakna, tidak menggunakan kaedah dan kerangka ilmu teknik untuk menilai ilmu-ilmu kemanusiaan; tidak menggunakan kaedah dan kerangka ilmu kemanusiaan bagi menilai ilmu-ilmu keagamaan.
Tahun 2003, bukunya yang berjudul Budaya Ilmu (Satu Penjelasan), diterbitkan oleh Pustaka Nasional Pte-Ltd Singapura. Buku ini menjelaskan, bahwa budaya ilmu yang disarankan oleh Islam bertujuan untuk melahirkan manusia berpendidikan yang beradab yang memahami batas-batas kebenaran dan kemanfaatan (limits of truth and usefulness) terhadap segala sesuatu dan bertindak sepatutnya.
Sebagai contoh, manusia yang berbudaya ilmu dan beradab kepada Tuhan, adalah yang memahami sifat, nama dan perbuatan-Nya dengan baik, mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya, serta selalu meminta ampun pada-Nya. Orang yang beradab pada Nabi Muhammad saw haruslah memahami derajat keluhuran beliau, mencontoh akhlak Nabi, serta menjaga hak-hak dan keluruhan sahabat-sahabat dan keluarga beliau.
Prof. Wan Mohd Nor memberikan perspektif baru dalam melihat keberhasilan pembangunan suatu bangsa, dengan menekankan pentingnya aspek “bahagia” sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Jadi, bukan aspek “pendapatan per kapita” saja yang jadi tolok ukur keberhasilan pembangunan.
Pendiri Center for Advanced Studies on Islam, Science and Civilization (CASIS), Universiti Teknologi Malaysia, ini mencatat pentingnya kedudukan kebahagiaan (sa’adah): “Dalam pandangan alam kita, kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) adalah aspek penting dalam kemajuan individu dan masyarakat. Itulah kebaikan sebenar yang dicita-citakan di dunia dan di akhirat. Negara yang maju ialah negara yang mensejahterakan dan membahagiakan rakyatnya – yang mencapai maqasid al-syariah. Itulah Negara (baldah thayyibah) yang diredhai Allah SWT.”
Maqashid syariah adalah: hifdhud-din (menjaga agama), hifdhul aql (menjaga akal), hifdhul maal (menjaga harta), hifdhul nasl (menjaga keturunan), dan hifdhul nafs (menjaga jiwa). Itulah tugas utama negara (pemerintah). Betapa indahnya konsep negara dalam Islam seperti ini. Negara yang serius melaksanakan maqashid syariah itu, insyaAllah, akan mendorong terwujudnya masyarakat yang bahagia.
Dalam negara yang indah seperti itu, yang dikejar oleh pemerintah dan rakyat bukan hanya kesejahteraan materi, tetapi kebahagiaan yang hakiki – yang menurut Islam – hanya bisa diraih saat manusia meyakini kebenaran dan memperjuangkan kebenaran yang datang dari Allah.
Lanjut baca,
NEGARA BAHAGIA DIBANGUN DARI BUDAYA ILMU YANG BENAR (adianhusaini.id)