Artikel ke-1.769
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Memasuki awal tahun 2024, informasi tentang perkuliahan semakin marak. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tampaknya masih menjadi tujuan utama tempat kuliah bagi para siswa lulusan SMA. Di Pesantren At-Taqwa Depok, beberapa santri dan wali santri pun bertanya, apakah akan melanjutkan kuliah ke PTN atau ke Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir.
Bisa dipahami jika muncul pertanyaan seperti itu, sebab dari tiga angkatan lulusan Pesantren At-Taqwa Depok, sebagian besar melanjutkan kuliah mereka ke STID Mohammad Natsir. Di bawah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), para santri itu mengambil kelas khusus Jurnalistik dan Pemikiran Islam.
Para santri dan orang tua mereka memiliki cara pandang yang berbeda dengan banyak lulusan SMA lainnya dalam memandang pendidikan. Sukses pendidikan yang utama adalah jika anak-anaknya menjadi orang baik dan bermanfaat bagi sesama.
Manusia-manusia terbaik adalah mereka yang memiliki akhak mulia dan siap berkorban menjadi pelanjut perjuangan para Nabi dalam menegakkan Tauhid dan mewujudkan kehidupan yang penuh rahmat di tengah masyarakat. Itulah para dai atau para guru peradaban, yang berjuang dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dalam memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, dan bangsanya.
Para santri dan orang tua sudah memahami dan menerima kebenaran ayat al-Quran yang menempatkan para pejuang di jalan Allah itu sebagai manusia-manusia terbaik: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim!” (QS Fushshilat: 33).
Bahkan, Allah menjanjikan, siapa yang menolong agama Allah, maka Allah pasti akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya! (QS Muhammad: 7). Allah juga mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam organisasi yang rapi. (QS Ash-Shaf: 4). Umat Islam diberikan predikat sebagai umat terbaik (khaira ummah), jika mereka menjadi pejuang menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran. (QS Ali Imran:110).
Luqman al-Hakim menanamkan jiwa pejuang (jiwa dakwah) kepada anaknya, sejak dini. “Wahai anakku, dirikanlah shalat dan berjuanglah untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran…” (QS Luqman: 17).
Jadi, begitu banyak ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi yang mengingatkan pentingnya seorang muslim menjadi pejuang dakwah (dai) dalam hidupnya. Bukan hanya itu. Untuk menjadi pejuang dakwah perlu persiapan yang matang; perlu ilmu dan hikmah, sebagaimana para nabi. Sebab, para dai itu pada hakikatnya adalah pelanjut perjuangan para nabi.
Dalam kitabnya, Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali menempatkan bab khusus tentang amar ma’ruf nahi munkar. Disebutkan, bahwa jatuh bangunnya umat, hidup matinya umat, tergantung pada aktivitas dakwah ini. Dan penyebab utama kelemahan dakwah adalah terjangkitnya penyakit “hubbud-dunya”.
lanjut baca,
PILIH MANA, KULIAH DI PTN ATAU STID MOHAMMAD NATSIR (adianhusaini.id)