Artikel ke-1.367
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
“Berdoalah agar umat Kristen, baik orang Indonesia maupun para ekspatriat, boleh melihat bencana-bencana ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan belas kasihan Kristus.” (https://misi.co/Indonesia).
*****
Pada 30 November 2014, situs sangpencerah.id, menurunkan artikel berjudul: “Orang Sunda, Target Kristenisasi No.1 Di Dunia?” Disebutkan, bahwa pada akhir November 2010, International Crisis Group (ICG) merilis laporan berkode “Asia Briefing No.114” yang sangat mengejutkan.
Secara blak-blakan, lembaga yang bermarkas di Brussels Belgia ini mempublikasikan hasil investigasi yang panjang dari berbagai sumber bahwa akar masalah di balik insiden Ciketing itu adalah maraknya gerakan kristenisasi di Bekasi yang sebagian didanai dari luar negeri.
Dalam laporan berjudul “Indonesia: ‘Christianization’ and Intolerance” itu, ICG menyimpulkan bahwa salah satu faktor utama meningkatnya gesekan antar umat beragama di Indonesia adalah agresivitas kegiatan penginjilan di daerah Muslim (Aggressive evangelical Christian proselytizing in Muslim strongholds).
“Mereka menjadikan orang-orang muslim yang miskin sebagai objek pemurtadan. Yayasan Kaki Dian Emas mewajibkan setiap siswa sekolahnya mengkristenkan lima orang sebagai syarat kelulusan.”
“On the Christian side, several evangelical organizations committed to converting Muslims have also set up shop in Bekasi, some funded internationally, others purely home-grown. Yayasan Mahanaim, one of the wealthiest and most active, is particularly loathed by the Islamist community because of its programs targeting the Muslim poor. Another, Yayasan Bethmidrash Talmiddin, run by a Muslim convert to Christianity, uses Arabic calligraphy on the cover of its booklets, suggesting they are Islamic in content, and requires every student at its school as a graduation requirement to convert five people,”
(Di pihak Kristen, beberapa organisasi penginjil yang berkomitmen untuk mengkristenkan Muslim ada di Bekasi, beberapa didanai dari luar negeri, yang lain murni lokal. Yayasan Mahanaim, salah satu organisasi neo-Pantekosta yang paling bonafit serta aktif, sangat dibenci kaum muslim garis keras karena program-programnya menjadikan orang-orang muslim yang miskin sebagai objek pemurtadan. Sebelumnya, Yayasan Kaki Dian Emas, yang dijalankan oleh pendeta yang tadinya muslim, menggunakan kaligrafi Arab pada sampul-sampul publikasinya, seolah-olah isinya mengenai Islam, dan mewajibkan setiap siswa sekolahnya mengkristenkan lima orang sebagai syarat kelulusan).
Lebih jauh, ICG memperingatkan bahwa gerakan kristenisasi itu bisa memicu lahirnya gerakan jihadis yang mereka sebut dengan istilah teroris dan ekstremis, yang dilakukan oleh para aktivis anti pemurtadan. [demikian laporan ICG tertanggal 24 November 2010]
Dalam sub-judul “Christianization: The Reality,” ICG memaparkan fakta-fakta gerakan kristenisasi. Kristenisasi di Indonesia bukanlah isu, melainkan fakta dan diprogram oleh lembaga resmi gereja, dengan membidik Jawa Barat sebagai target utama.
Pada halaman 2, ICG melaporkan, dalam wawancara di Jakarta tanggal 10 Oktober 2010, salah seorang pengurus PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), mengakui adanya lembaga Kristen besar yang menjadikan Jawa Barat dan Banten sebagai target penginjilan: “An official at the Indonesian Communion of Churches, a Protestant umbrella organization, said the big evangelical organizations were deliberately targeting West Java and Banten, the provinces that ring Jakarta, in the hope that a pincer movement of proselytisation would eventually gain them a bigger foothold in the capital.”
“Christianization: The Reality! Kristenisasi di Indonesia bukanlah isu, melainkan fakta dan diprogram oleh lembaga resmi gereja, dengan membidik Jawa Barat sebagai target utama penginjilan.” Beberapa lembaga penginjilan internasional yang membidik Urang Sunda, di antaranya adalah: Joshua Project, Beja Kabungahan (Lampstand), Partners International (Mitra Internasional), Frontiers, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI), Yayasan Mahanaim dan Yayasan Bethmidrash Talmiddin. (Lihat: https://sangpencerah.id/2014/11/orang-sunda-target-kristenisasi-no1-di/).
Lanjut baca,