DOA KITA SETIAP HARI: SEMOGA KITA TETAP DI JALAN KEMULIAAN, JALAN PERJUANGAN

DOA KITA SETIAP HARI: SEMOGA KITA TETAP DI JALAN KEMULIAAN, JALAN PERJUANGAN

Artikel Terbaru ke-1.937

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Setiap hari kita berdoa: “Ya Allah, tunjukkanlah aku jalan yang lurus (shirathal mustaqim). Yakni, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat…”. Siapakah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah?

Allah menjelaskannya dalam QS an-Nisa ayat 69:  Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

            Jalan hidup para nabi, pecinta kebenaran, syuhada, dan orang-orang shalih adalah jalan hidup yang penuh kemuliaan. Yakni, jalan hidup perjuangan. Para nabi diutus untuk mengajak umatnya agar mereka menjadi manusia yang mulia, yaitu manusia yang hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya, serta membangun kehidupan yang bahagia dunia akhirat.

            Karena itulah, orang-orang yang aktivitasnya terbaik adalah yang menyeru manusia ke jalan Allah: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim?”  (QS Fushilat:33).

            Hidup di jalan dakwah adalah jalan hidup yang mulia, karena menempuh jalan perjuangan. Para dai merupakan pelanjut perjuangan para nabi yang mengutamakan keselamatan dan kebahagiaan masyarakat, agar mereka selamat dunia akhirat. Tentu saja ujiannya sangat berat. Begitulah Lukman al-Hakim mendidik anaknya, agar menegakkan shalat, menegakkan kebenaran, mencegah kemunkaran, dan sabar dalam menghadapi ujian. (QS Luqman: 17).

            Karena begitu tinggi dan mulianya jalan hidup para nabi itu, maka untuk mencapainya pun memerlukan perjuangan yang tidak ringan. Para nabi tidak mengkhawatirkan anak-anaknya tidak mendapat pekerjaan atau tidak mendapatkan kedudukan di dunia, tetapi mereka khawatir jika anak-anaknya tidak ber-Tauhid dan terjebak dalam kemusyrikan.

“Apakah kalian menyaksikan tatkala Nabi Ya’qub kedatangan tanda kematian, dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apakah yang kalian sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yakni Tuhan yang Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya,”. (QS al-Baqarah: 133).

Nabi Ya’qub a.s. berkata kepada anak-anaknya: “Maa ta’buduna min ba’di?”, bukan “Maa ta’kuluna min ba’di?” “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku nanti, dan bukan apa yang akan kalian makan setelah aku meninggal nanti?”

Lanjut baca,

DOA KITA SETIAP HARI: SEMOGA KITA TETAP DI JALAN KEMULIAAN, JALAN PERJUANGAN (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait