Artikel ke-1361
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Namanya Reisya Callista. Ia masih mahasiswi semester pertama di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, kelas khusus Jurnalistik dan Pemikiran Islam. Ia juga alumnus At-Taqwa College Pesantren At-Taqwa Depok (ATCO).
Pada 16 November 2022, bersama sejumlah santri At-Taqwa College Depok, Reisya mempresentasikan makalahnya dalam satu seminar pendidikan di sebuah lembaga pendidikan Pasca Sarjana (S2 dan S3), bernama: Raja Zarith Sofiah Center for Advanced Studies on Islam Science and Civilization – Universiti Teknologi Malaysia (RZS CASIS-UTM).
Ketika itu Reisya menyampaikan makalah berjudul: “Kebebasan dalam Perspektif Syed Muhammad Naquib Al-Attas.” Reisya memang mahasiswa STID Mohammad Natsir, yang juga alumnus At-Taqwa College Pesantren At-Taqwa Depok. Forum seminar itu terbilang sangat serius, dihadiri sekitar 150 orang. Kebanyakan warga Malaysia. Ada juga sejumlah mahasiswa pasca sarjana asal Indonesia.
Tema seminar itu ialah: Konsep Pendidikan Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Pelaksanaannya di Alam Melayu. Sebelum Reisya, sudah tampil beberapa pembicara, yaitu: (1). Prof. Madya Dr. Khalif Muammar A. Harris (Direktur RZS-CASIS, UTM), (2) Dr. Nirwan Syafrin (Direktur Eksekutif At-Taqwa College Pesantren At-Taqwa Depok), (3) Dr. Asmaa Mohd Arshad (Academy of Contemporary Islamic Studies, UiTM), (4) Hamzah Masleh MA (Alumnus RZS-CASIS-UTM), (5) Hasanul Ariffin MA (Singapura, alumnus RZS-CASIS), (6) Dr. Muhammad Ardiansyah (Mudir Pesantren At-Taqwa Depok Indonesia).
Sebagai peserta dan juga salah satu pembicara dalam seminar itu, saya menilai forum seminar itu tentu saja cukup “angker”, bagi mahasiswa semester pertama seperti Reisya dan juga bagi para santri At-Taqwa College yang rata-rata masih berusia 17-18 tahun.
Tapi, alhamdulillah, Reisya mampu menyampaikan paparannya dengan tenang dan lancar serta berkualitas ilmiah tinggi. Berbagai referensi ia rujuk dengan baik. Diuraikannya konsep kebebasan dalam perspektif Barat liberal dan Islam, khususnya yang dikonseptualkan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas.
Reisya Callista termasuk lulusan SMA yang mengambil jalan yang berbeda dengan kebanyakan temannya. Setamat SMA, ia memilih jalan pendidikan yang unik. Dengan sokongan orang tuanya, ia memilih mendalami pemikiran dan peradaban Islam di At-Taqwa College Pesantren At-Taqwa Depok. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke STID Mohammad Natsir kelas Jurnalistik dan Pemikiran Islam, angkatan kedua. (Tentang kelas Jurnalistik dan Pemikiran Islam, lihat: https://mediadakwah.id/terobosan-baru-kampus-dakwah-pembukaan-kelas-jurnalistik-dan-pemikiran-islam/).
Menyimak presentasi makalah Reisya dan dua santri ATCO, sejumlah peserta seminar menyampaikan apresiasinya. Bahkan, ada yang terpikir mengirimkan anaknya untuk belajar di Pesantren At-Taqwa Depok. Yang mereka saksikan adalah hal yang unik dalam praktik pendidikan pada umumnya. Bahwa, anak-anak di usia belia sudah mengkaji dan membuat karya ilmiah tentang tema-tema penting dalam bidang pemikiran dan peradaban Islam. “Pembentangan santri-santri ATCO memang luar biasa,” tulis Prof. Madya Khalif Muammar, dalam satu catatan WA-nya.
Lanjut baca,