KISAH SUKSES ULAMA MINANG DAN WARUNG PADANG

KISAH SUKSES ULAMA MINANG DAN WARUNG PADANG

 

Artikel Terbaru ke-2.209

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Dalam beberapa kali kunjungan ke Sumatera Barat saya mendengar harapan pentingnya bumi Sumatera Barat melahirkan kembali para ulama pejuang seperti di masa lalu. Padahal, saat ini banyak sekali lembaga pendidikan Islam di Sumatera Barat. Perkembangan yang spektakuler justru terjadi dalam dunia kuliner. Bisnis Warung Padang terus menjamur di berbagai pelosok negeri.

            Kita bisa melihat kisah sukses Perguruan Thawalib Padang Panjang. Sebuah buku berjudul: Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang (Padang Panjang: Yayasan Thawalib Padang Panjang, 2021) berkisah tentang sejarah emas perguruan ini.  Perguruan Thawalib sangat bertumpu eksistensinya pada kualitas pemimpin yang hebat. Syekh Abdullah Ahmad adalah ulama dan pejuang pendidikan yang merintis dan meninggalkan warisan pendidikan yang sangat bermanfaat.

            Ulama yang sangat menonjol dalam perjalanan Perguruan Thawalib adalah Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA), ayah kandung Buya Hamka. Disamping melakukan perubahan dan peningkatan kualitas kitab-kitab yang diajarkan, HAKA juga menerapkan sistem keterbukaan dan diskusi bahkan perdebatan dalam proses pendidikan. Para santri dilatih memahami dan memecahkan masalah masyarakat.

            Diantara kitab-kitab yang diajarkan ketika itu adalah: Kitab Nahwu Al-Jurumiah, Matan Bina, dan Fathul Qarib, Fahtul Muin, Bidayatul Mujtahid, dan sebagainya. HAKA juga menulis banyak buku. Ia menerbitkan beberapa majalah, seperti majalah Al-Imam dan Al-Munir. Oleh KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, Majalah Al-Munir diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Jawa.

            Buya Hamka dikenal sebagai penulis yang sangat produktif.  HAKA pun demikian. Ada 31 judul buku (37 jilid) yang ia tulis. Diantaranya, kitab ushul fiqih berjudul Sullamul Wushul, Kitab Tafsir Al-Burhan  fii Tafsiril Quran, Kitab yang mengkritik ajaran Ahmadiyah Al-Qaulus Shalih, dan sebagainya.

            Dari Perguruan Thawalib inilah pernah lahir seorang ulama pendidik yang hebat, yaitu KH Imam Zarkasyi, salah satu pendiri Pesantren Gontor Ponorogo. Pada tahun 1930, Imam Zarkasyi berangkat ke Padang Panjang untuk belajar di Perguruan Thawalib. Masa belajar di Thawalib adalah 7 tahun, terdiri atas 4 tahun Intidaiyah dan 3 tahun Tsanawiyah. Karena kecerdasan dan ketekunannya, Imam Zarkasyi hanya memerlukan waktu dua tahun untuk tamat dari Perguruan Thawalib.

            Jika ditelaah, Perguruan Thawalib sukses melahirkan banyak ulama, adalah karena kualitas guru, kurikulum, dan program pendidikannya yang benar dan tepat. Guru-gurunya merupakan ulama-ulama yang memiliki keikhlasan, adab, dan budaya literasi tinggi.

Mereka guru pejuang. Bukan guru sebagai “tukang ngajar bayaran”. Kurikulumnya menerapkan konsep ilmu dalam Islam. Dan program pendidikannya dijalankan dengan menerapkan adab-adab ilmu yang benar. Maka, lahirlah para ulama dan guru-guru pejuang yang meniatkan cita-cita belajarnya untuk menjadi guru pejuang di tengah masyarakat.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/kisah-sukses-ulama-minang-dan-warung-padang

 

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait