Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Membingungkan! Tidak masuk akal! Mungkin, banyak orang Indonesia heran dan “kagum” dengan keberanian dua orang menteri yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dua orang menteri itu bukan terbilang orang miskin; kurang pangan. Aneka jabatan tinggi sudah diduduki sebelumnya. Pernah jadi wakil rakyat yang terhormat pula! Kurang apalagi “kenikmatan” dunia telah diraihnya?
Kini, keduanya harus mendekam dalam penjara KPK. Dua orang terhormat itu sempat dipertontonkan kepada rakyat dengan rompi tahanan, tangan terborgol, dan wajah menghadap ke dinding, membelakangi Ketua KPK yang mengumumkan kasus kejahatan mereka kepada jutaan masyarakat Indonesia. Malu! Dan pasti memalukan!
Kedua menteri itu bukan orang bodoh. Mereka tentu paham resiko besar dari tindak pidana korupsi. Sebelum mereka, sudah banyak pejabat negera ditangkap dan dipermalukan diri dan keluarga besar mereka. Mengapa semua itu tidak membuat kedua menteri itu takut berbuat korupsi?
Yang lebih mencengangkan adalah ulah Menteri Sosial RI, JPB. Sang menteri dikenai sangkaan pidana yang sangat menjijikkan. Yaitu, mengkorup dana bantuan sosial (Bansos). Nilainya fantastis. Barang bukti yang disita KPK uang sekitar Rp 14,5 milyar, disimpan dalam 7 koper dan tas ransel.
Modus korupsinya pun begitu simpel dan kelas preman jalanan. Sang menteri mendapat fee Rp 10 ribu, untuk tiap paket Bansos senilai Rp 300 ribu. Diduga, pak menteri mendapat fee senilai Rp 17 milyar. Itu baru yang berasal dari dana Bansos wilayah Jabodetabek, senilai Rp 5,9 trilyun.
Bagaimana dengan dana Bansos wilayah lainnya yang jumlahnya mencapai puluhan trilyun? Apakah uang untuk rakyat kecil itu juga dikorupsi oleh para pejabat negara? Apakah yang tertangkap oleh KPK itu hanya sebagian kecil saja dari fakta yang sebenarnya? Silakan ditebak-tebak sendiri!
Tampaknya, fenomena korupsi di Indonesia saat ini mirip penyebaran “vampir” di tengah masyarakat. Korban gigitan vampir terus bertambah. Sekilas, mereka seperti manusia biasa. Tapi, tubuhnya senantiasa haus darah, dan mencari korban-korban berikutnya. Uniknya, para vampir itu juga berkampanye agar masyarakat berhati-hati dari serangan vampir. Kalau sudah seperti ini, bagaimana mengatasinya?
Lanjut baca,