Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dikabarkan, bahwa Rasulullah saw suatu ketika bertanya kepada Muadz bin Jabal r.a.: “Tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya ?” Mu’adz berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Lalu, Nabi bersabda, (yaitu)“hendaknya mereka beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun juga…” (HR Bukhari dan Muslim).
Jadi, itulah hak Allah! Yakni, hanya Allah SWT yang berhak untuk disembah. Selain Allah adalah makhluk – ciptaan Allah. Karena itu, makhluk tidak punya hak untuk disembah! Janga sekali-kali kita menempatkan makhluk ke derajat al-Khaliq. Tindakan menyekutukan Allah disebut sebagai “syirik” – yang dikatakan oleh Luqman al-Hakim sebagai “kezaliman besar”!
Al-Quran memberikan contoh keteladanan Luqman al-Hakim sebagai teladan dalam mendidik anaknya. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman: 13).
Luqman al-Hakim telah mendapatkan hikmah dari Allah, yang dengan itu, ia bisa menerapkan pendidikan yang tepat pada anaknya. Sebab, menurut konsep Prof. Naquib al-Attas, adab memang datang dari hikmah; bukan datang dari sekolah atau kampus.
Nasehat-nasehat Luqman al-Hakim yang memberikan pelajaran berharga tentang adab ini, dimulai dari adab kepada Allah SWT: “Wahai anakku, jangan menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar!”
Sekali lagi, kita renungkan, “syirik adalah kezaliman yang besar!” Syirik itu zalim kepada Allah. Syirik itu biadab kepada Allah. Syirik adalah bentuk ‘kekurangajaran’ yang luar biasa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Syirik disebut zalim karena tidak “meletakkan” Allah pada tempatnya, sebagai al-Khaliq.
Syirik itu hakekatnya merendahkan martabat Allah, karena disetarakan dengan makhluk. Karena itu, riya’ disebut sebagai “syirik kecil”. Riya’ mempersembahkan amal perbuatan kepada makhluk; mengharapkan pujian dari makhluk; bukan mengharap pujian dan ridha dari al-Khaliq, Allah SWT.
Cobalah kita bedah hati kita masing-masing. Masih adakah terbersit noda-noda syirik itu? Astaghfirullah… Mungkin akan kita jumpai betapa mudahnya noda-noda syirik kecil itu bersemayam dalam hati kita. “Jangan syirik, anakku! Jangan sekutukan Allah dengan apa pun!” Itulah nasehat Luqman. Begitu dalam makna nasehat Luqman itu. Inilah adab tertinggi kepada Allah: tidak menyekutukan Allah dengan apa pun juga!
*****
Kini, tengoklah apa yang terjadi di sekitar kita. Banyak orang cerdik pandai berbicara tentang korupsi, membenci dan mengecam korupsi. Yang mereka maksudkan adalah korupsi harta. Mereka bicara tentang kemanusiaan; tentang kezaliman pada sesama manusia. Korupsi adalah bentuk kezaliman kepada rakyat, karena hak rakyat atas hartanya dirampas oleh penyelenggara negara.
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/korupsi-terbesar:-merampas-hak-allah