Artikel Terbaru ke-1.935
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Beberapa hari lalu, saya menerima hadiah buku berjudul “Jejak Dakwah di Timor Timur”, karya Ustadz Sudayat Kosasih. Penulisnya langsung datang ke Kantor Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), menyerahkan buku setebal 448 halaman ini.
Tentu saja, buku ini patut disambut gembira, karena dapat menjadi inspirasi bagi para dai yang berminat terjun di medan dakwah. Buku ini memberi gambaran tentang perjalanan dakwah yang dirintis Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Timor Timur (Timtim).
Sejak tahun 1981, DDII telah mengirimkan sejumlah dainya ke Timor Timur pada saat masih berintegrasi dengan Indonesia. Usaha itu berlanjut pada angkatan berikutnya hingga Timor Timur dalam kondisi kerusuhan pra dan pasca-referendum (jajak pendapat) pada 1999.
Pengabdian para dai DDII selama 18 tahun lebih (1981-1999) hingga Timtim melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sungguh luar biasa. Hingga pada masa lepasnya Timtim dari Indonesia, para dai DDII dalam berbagai kesempatan masih terus berdakwah di bekas provinsi ke-27 itu.
Karena itulah, kehadiran buku yang ditulis oleh seorang dai DDII ini sangat berharga. Apalagi, Sudayat – penulis buku ini -- berangkat berdakwah atas kemauannya sendiri, dengan ongkos sendiri, sampai ke wilayah Timtim.
Ini merupakan salah satu rangkaian pernyataan rasa syukur dari keluarga besar DDII kepada Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan kepada para mujahid dakwah di seluruh Indonesia, khususnya kepada mereka yang telah berjuang berdakwah di daerah konflik seperti di Timtim.
Perjalanan dakwah yang dirangkum oleh pelakunya sendiri merupakan karya autentik dan original, yang disuguhkan dalam kisah-kisah yang bersumber dari pengalaman penulis sendiri di medan dakwah secara faktual. Begitu juga pengalaman aktivitas dakwah para dai lainnya dirangkum secara komprehensif, yang menyangkut seluruh aktivitas dakwah dan kehidupan para dai serta masyarakat binaannya yang menjadi objek dakwah baik di kota maupun di pedalaman Timtim.
Kehadiran para dai di Timtim bertujuan ingin meningkatkan mutu kehidupan manusia itu sendiri baik secara lahir maupun batin (material dan spiritual). Dengan itu diharapkan akan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Para dai yang ditugaskan tidak hanya mengajarkan shalat dan membaca Al-Qur’an tetapi mengajarkan cara hidup bermartabat dengan iman dan akhlak mulia.
Untuk upaya menanamkan akhlak yang mulia itu, DDII bekerjasama dengan mitra-mitra lembaga dakwah lainnya telah berusaha untuk mendirikan madrasah-madrasah diniyah (sekolah-sekolah agama) di seluruh lokasi dakwah. Di Timtim, misalnya DDII bekerjasama dengan Yayasan An-Nur Dili mendirikan sekolah Islam mulai dari TK An-Nur sampai Madrasah Aliyah An-Nur (SMA An-Nur). Demikian pula, di masjid-masjid di daerah tempat para dai bertugas, didirikan juga madrasah-madrasah yang sama dengan menginduk ke Yayasan An-Nur Dili.
Lanjut baca,
PELUANG KERJA-DAKWAH DI TIMOR LESTE MAKIN TERBUKA (adianhusaini.id)