SEKOLAH KATOLIK SEPI PEMINAT, ADA APA

SEKOLAH KATOLIK SEPI PEMINAT, ADA APA

Artikel ke-1.723

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Setahun lalu, sebuah Radio Katolik, bernama Radio Katolikana mengangkat satu diskusi berjudul: SEKOLAH KATOLIK SEPI PEMINAT, ADA APA? (Lihat linknya: https://www.youtube.com/watch?v=uIozhocYn7E).  Diskusi itu menarik untuk disimak.

            Disebutkan oleh kepala sekolahnya – yang menjadi nara sumber dalam diskusi itu -- bahwa sebuah SD Katolik tahun 2022 hanya memiliki 64 siswa, kelas 1 sampai kelas 6. Jumlah gurunya ada 8 orang. Tahun 2022 lalu, sekolah Katolik ini hanya mendapat 6 murid baru. Sebelum pandemi Covid-19, jumlah murid paling banyak 15 murid dalam satu kelas.

            Sang kepala sekolah juga bercerita kondisi sekolahnya saat ia bertugas pertama kali tahun 2015. Jumlah siswanya sangat sedikit. Kelas 1,  hanya 2 siswa. Lalu, ia dan guru-guru melakukan upaya untuk menambah siswa, dengan cara mengunjungi penduduk dari rumah ke rumah. “Hasilnya kami mendapat 15 siswa,” ujarnya.

            Moderator bertanya, apa faktor penyebab sedikitnya jumlah siswa. Dijawab oleh kepala sekolah, bahwa kepercayaan masyarakat sudah berkurang. Selain itu, ada banyak sekolah di daerahnya.

Mengapa menurun?  “Saya juga kurang paham,” jawab kepala sekolah. Namun, menurutnya, ada pengaruh dari sekolah-sekolah negeri yang gratis biayanya.

            Ada juga kisah dari sebuah SD Katolik lainnya. Menurut kepala sekolah yang juga dihadirkan dalam diskusi tersebut, tahun 2017-2018, sekolahnya hanya mendapat siswa baru sebanyak 3 orang.

Ini juga terkait dengan sedikitnya jumlah anak di daerah itu. Kebanyakan penduduknya lanjut usia. Yang usia produktif banyak yang merantau ke kota. Faktor lainnya lagi ialah banyaknya sekolah negeri yang menggratiskan biaya pendidikan. Juga ada sekolah-sekolah swasta lainnya.

            Untuk mengatasi kondisi itu, sang kepala sekolah melakukan upaya-upaya  terobosan. Misalnya, menyiapkan kendaraan antar jemput, sampai radius 12 km dari sekolah. Kondisi internal juga dibenahi. Kini, sekitar 50 persen siswanya diantar dan dijemput.     

            Yang menarik adalah biaya pendidikan di sekolah Katolik ini. Berdasarkan kesepakatan wali murid, maka para siswa itu dikenakan biaya Rp 20 ribu/bulan. Ada juga yang Rp 30 ribu. Sebelumnya bahkan Rp 15 ribu. Untuk menutupi biaya operasional sekolah, maka sekolah tersebut melakukan aktivitas usaha pertanian dan juga penginapan. Ada juga bantuan dari pimpinan gereja setempat.

            Sekolah Katolik ini menerapkan Kurikulum 13 dengan menambahkan beberapa program khusus, seperti memberikan ketrampilan bidang pertanian. Semboyannya, humanis, beriman, dan cerdas. Begitulah petikan berita dari Radio Katolikana tentang kondisi dua Sekolah Katolik yang diundang sebagai nara sumber.

Lanjut baca,

SEKOLAH KATOLIK SEPI PEMINAT, ADA APA (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait