UMAT ISLAM INDONESIA DI SIMPANG JALAN, JANGAN SAMPAI GAGAL BANGKIT

UMAT ISLAM INDONESIA DI SIMPANG JALAN,  JANGAN SAMPAI GAGAL BANGKIT

 

Artikel Terbaru ke-1.941

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Umat Islam Indonesia sedang mengalami ujian berat. Yang terberat adalah ujian pemikiran. Serbuan pemikiran (ghazwul fikri) terus berlangsung, menyerang pemikiran setiap individu muslim. Tujuannya agar mereka gagal meraih kemuliaan dunia akhirat; agar mereka menjadi umat yang lemah, yang lupa diri, lupa tujuan hidup yang hakiki.

            Ibaratnya, umat Islam Indonesia sedang di simpang jalan. Seperti istilah Muhammad Asad dalam bukunya: Islam at the Cross Roads (Islam di simpang jalan).  Umat Islam punya tiga pilihan: (1) Terus berjalan ke depan mengikuti panduan Islam. (2)  Berhenti, tidak melakukan apa pun, menyerah dan frustasi, (3) berbelok menyimpang dari jalan yang lurus.

            Jalan lurus ke depan begitu berat dan terjal. Godaannya berat. Tantangannya sangat banyak. Jalan itu tampak gelap dan sepi, tidak hingar bingar. Ditambah lagi, di kanan kiri banyak orang mencemooh. Tapi, akhir jalan itu adalah kampung yang sangat indah.

Sebaliknya, jalan berbelok ke kiri dan ke kanan tampak mulus, terang-benderang. Kanan kiri banyak orang menyambut gembira. Tapi, di ujungnya ada jurang kehancuran. Banyak orang tergoda. Berbagai pesona inderawi dimanjakan di jalan ini. Puja-puji atas kenikmatan syahwati tak pernah berhenti; datang silih berganti.

Pilihan ketiga, adalah berdiam diri. Tidak melangkah, berhenti, frustasi, dan kebingungan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang seharusnya dijalani. Maka, pelan-pelan, ia pun akan mati. Mati, tanpa melakukan apa-apa. Ia tidak terperosok ke dalam jurang kehancuran. Tapi, ia pun hanya sibuk dengan dirinya sendiri, dan membiarkan saja apa yang seharusnya tidak ada dan tidak terjadi.

Jalan mana yang kita pilih? Tentu saja, jalan pertama. Jalan yang lurus. Jalan kebangkitan. Jalan ini mestilah dimulai dengan menanamkan budaya ilmu dan kerja keras dalam diri. Jalan ini dimulai dengan pembersihan hati dan pendisiplinan diri agar terus menetapi titah Ilahi. Hidup hanya punya dua pilihan yang sama-sama baik: hidup mulia atau mati dalam perjuangan.

Jalan kedua yang penuh pesona inderawi dibangun oleh peradaban yang sedang berkuasa di zaman ini. Sifat utamanya adalah berlebihan dan ekstrim. Cinta dan memuja dunia berlebihan. Tahta harta dan kecantikan dipuja membabi buta; dijadikan ukuran utama dalam menilai manusia. Maka, berlomba-lombalah manusia menempuhnya.

Sayangnya, ujung jalan ini adalah nestapa dan keterasingan. Betapa banyak orang kuasa berujung hina dan nestapa. Tak sedikit manusia bertabur kecantikan, kemewahan, popularitas  berakhir derita, narkoba, dan penjara. Kesenangan dunia yang sesaat begitu menggoda manusia, sehingga lupa akan tujuan hidup sebenarnya. Bersuka ria tanpa sadar akan kematian yang setiap saat siap menjemputnya.

Lanjut baca,

UMAT ISLAM INDONESIA DI SIMPANG JALAN, JANGAN SAMPAI GAGAL BANGKIT (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait