HEBOH KAMUS SEJARAH: ALHAMDULILLAH, KITA MAKIN SADAR  PENTINGNYA SEJARAH

HEBOH KAMUS SEJARAH: ALHAMDULILLAH, KITA MAKIN SADAR  PENTINGNYA SEJARAH

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

    Hari-hari ini, umat Islam Indonesia dihebohkan oleh sebuah Kamus Sejarah. Meskipun baru "draf", tetapi Kamus proyek pemerintah itu sudah terlanjur beredar.  Yang menyesakkan nafas umat Islam, kamus itu tidak memuat nama-nama para ulama dan tokoh Islam pejuang bangsa. Sebaliknya, sejumlah nama tokoh Partai Komunis Indonesia justru dicantumkan. 
   Tentu saja umat Islam protes. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, misalnya, mengkritik keras isi Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dan II yang beredar.  Dr. Hidayat mengaku sudah membaca Kamus tersebut. Nama-nama tokoh Islam, seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, KH Mas Mansoer, Mr. Syafruddin Prawiranegara, Mohammad Natsir, dan Ir Djoeanda, luput dari penulisan. 
   Pemerintah pun bergerak cepat menanggapi protes umat Islam. Mendikbud Nadiem Makarim segera melakukan safari, menemui sejumlah tokoh. Ia berjanji akan memperbaiki isi Kamus Sejarah tersebut. Begitu juga Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid berusaha memberikan klarifikasi.
Pada satu sisi, kita sangat prihatin dengan munculnya kasus ini. Kalaupun ini bukan kesengajaan, tetapi kesalahan yang amat sangat terlalu!  Bagaimana mungkin Kamus Sejarah Indonesia melewatkan nama besar KH Hasyim Asy'ari? Nama itu begitu terkenal. Nama KH Hasyim Asy'ari saat ini digunakan untuk nama jalan di kota-kota besar di Indonesia. 
    Tetapi, disamping kita mengkritik pihak-pihak lain yang sengaja atau tidak merusak sejarah Indonesia, ada baiknya kita juga melakukan introspeksi diri. Apakah selama ini kita sudah serius melakukan perbaikan dalam materi ajar Pelajaran Sejarah di sekolah-sekolah atau pesantren-pesantren dan kampus-kampus kita sendiri. 
    Kita ingat lagi, peringatan Buya Hamka, yang sejak tahun 1960-an sudah menulis strategi misionaris dan orientalis dalam merusak pemikiran anak-anak kita melalui pendidikan sejarah yang salah.      Di dalam Tafsir al-Azhar, saat menguraikan makna QS al-Maidah ayat 57-63, Prof. Hamka, antara lain mencatat: "Diajarkan secara halus apa yang dinamai Nasionalisme, dan hendaklah Nasionalisme diputuskan dengan Islam. Sebab itu bangsa Indonesia hendaklah lebih mencintai Gajah Mada daripada Raden Patah. Orang Mesir lebih memuja Fir'aun daripada mengagungkan sejarah Islam…". (Lihat, Hamka, Tafsir al-Azhar -- Juzu' VI, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hal. 300.) 
     Uraian Hamka ini sangat menarik. Di dalam buku Tafsir  yang ditulis di dalam penjara Orde Lama di era 1960-an tersebut, Hamka sudah menorehkan keprihatinan yang mendasar tentang pendidikan sejarah di Indonesia. Camkan kata-kata Buya Hamka ini: Sebab itu bangsa Indonesia hendaklah lebih mencintai Gajah Mada daripada Raden Patah." 

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/heboh-kamus-sejarah:-alhamdulillah,-kita-makin-sadar-pentingnya-sejarah

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar