Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tujuan puasa Ramadhan sangatlah jelas: agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Jika penduduk satu negeri beriman dan bertaqwa, maka Allah pun akan mengucurkan berkah dari langit dan bumi. Sebaliknya, jika mereka durhaka, maka Allah tidak akan mengucurkan rahmat-Nya ke negeri itu.
Maka, jika negaranya mau mendapat rahmat dari Allah SWT, salah satu tugas terpenting para pemimpin – Lurah, Camat, Bupati/Walikota/Gubernur, Raja/Presiden dan sebagainya – adalah mendidik rakyatnya agar mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa. Cara terbaik adalah dengan memberi contoh, bagaimana menjadi orang bertaqwa.
"Andaikan penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri" (QS Al A'raf:96).
Al-Quran Surat al-A'raf ayat 96 tersebut dengan sangat gamblang memberi kabar gembira, bahwa jika suatu bangsa mau mendapatkan kucuran rahmat dan dijauhkan dari berbagai musibah, maka iman dan taqwa harus dijadikan sebagai nilai tertinggi dalam pengambilan kebijakan dan keputusan.
Pemimpin yang beriman dan bartaqwa adalah pemimpin yang bertauhid, yang berkomitmen menegakkan misi utama kenabian, yaitu menegakkan Tauhid (QS an-Nahl:36). Pemimpin semacam ini yakin bahwa hanya Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak disembah. Ia pun yakin, bahwa Allah telah mengutus para Nabi -- mulai Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad saw – yang diberi tugas menyampaikan ayat-ayat-Nya dan mensucikan jiwa mereka. Ia pun tak ragu, bahwa semua amal perbuatannya akan diminta pertanggungjawaban di Hari Akhir nanti.
Maka, pemimpin yang bertauhid dan berkomtmen menegakkan misi kenabian seperti itu, pasti bekerja sekuat tenaga menjalankan amanah yang diembannya; mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan golongannya; bekerja keras untuk menjaga dan membina iman dan taqwa bangsanya; bekerja keras mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyatnya; takut azab Allah di dunia dan akhirat; takut mengambil hak rakyat; dan tidak akan tertawa atau berpesta pora ketika rakyat susah dan sengsara.
Lanjut Baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/makna-puasa-bagi-para-pemimpin